Berawal dari kunjunganku ke pameran properti di JCC minggu lalu, rasanya ngiler banget liat rumah-rumah berharga murah (yang sekitar 200 jutaan), yang cicilannya 2 jutaan. Pengen beli, terus dijual lagi buat modal rumah yang lebih besar, tapi apa daya cicilan mobilnya belom kelar. Ditambah lagi bayar kontrakan yang sebulan sekitar 3 jutaan. Kalo misalnya berandai-andai nih, cicilan mobil dan biaya kontrakan dipangkas, kami yakin mampu bayar cicilan rumah yang harganya 400-500 jutaan. Kalau misalnya bisa beli rumah harga segitu, aku juga pengen jual lagi dan beli yang lebih gede lagi
hahahaaaa..... salah siapa, rumah-rumah idaman yang di brosur-brosur itu harganya berkisar 700 juta ke atas.
Permasalahannya sekarang adalah "CONDITION".
Aku kan cewek.
Cita-citaku pengen kerja dari rumah tanpa harus meninggalkan anak-anak. Atau kalau misalnya pun harus kerja, pengennya yang waktunya fleksibel. Mau nawarin aku kerja macam MLM ? PLease no....that's not my type. Aku yakin di luar sana masih banyak hal yang bisa menghasilkan uang selain
MLM.
Saat ini, aku masih belum punya anak, dan masih jadi karyawan berlevel staff. Level staff ini dilihat dari tingkat ke-stress-an tergolong dalam kelas menengah, karena itu wajar jika gajinya juga masuk dalam kelas menengah alias pas-pasan. Belum lagi kalau staff tersebut gak punya passive income alias cuma ngandelin gaji bulanan doank. Kemajuannya dalam memiliki berbagai aset pasti lambat.
Sebagai seorang yang gampang bosen dan jenuh terjebak dalam rutinitas, membayangkan akan bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore - belum termasuk perjalanan dari rumah ke kantor - selamaaa......katakanlah selama membayar cicilan rumah alias 15 TAHUN, adalah sebuah mimpi buruk bagi aku.
Timbul pertanyaan-pertanyaan :
Nanti siapa yang urus anak-anakku ? Baby sitter ?
Baby sitter jaman sekarang apa bisa dipercaya ditinggalin seharian ?
terus ntar anakku apakah bakal menganggap baby sitter itu emaknya ??
kalau aku jadi ibu rumah tangga, siapa yang bakal bantuin suami bayar cicilan rumah, baby sitter, bensin kendaraan, listrik, air, susu bayi yang sebulan bisa ngabisin 2 juta lebih ?
Gimana aku bisa jadi ibu rumah tangga dengan penghasilan yang sama seperti seorang karyawan ?
Hmmm....mari kita berhitung !
Katakanlah penghasilan seorang karyawan adalah 6 juta.
Upss....jangan 6 juta, ntar kurang motivasi, lebih baik kita buat lebih tinggi karena gaji karyawan kemungkinan naik sampai 35% toh tiap tahun ?
Baik, katakanlah gaji karyawan level staff 7,5 juta.
7,5 juta dibagi 22 hari kerja = sekitar 340 ribu
Biar makin termotivasi, mari bulatkan ke atas menjadi 350 ribu.
Tiga ratus lima puluh ribu rupiah per hari !
Apakah menurutmu jumlah tersebut banyak ???
mungkin saat kamu masih jomblo, atau belum punya anak, kamu akan menjawab iya.
Tapi sebetulnya TIDAK.
Dengan effort 5 hari seminggu, minimal 8 jam sehari, jumlah tersebut bisa dibilang KECIL.
Apalagi inflasi tiap tahun ga berbanding lurus dengan kenaikan gaji seorang karyawan. Pasti makin lama, kebutuhan-kebutuhan makin sulit dijangkau, padahal secara naluri manusia tuh pasti ingin berkembang dan kebutuhan serta keinginannya makin banyak.
Bandingkan dengan orang yang buka warteg !
Saya yakin seyakin-yakinnya, penghasilan mereka sehari bisa mencapai jutaan (NB: kalau laris)
Jadi, buat apa bangga jadi karyawan level staff ?
Mendingan buka warteg kan ?
Masalah lain untuk buka warteg ini juga ga gampang loh.
Seorang enterpreneur pasti dituntut untuk kreatif, kerja keras, pantang menyerah, pokoknya syarat PEJUANG TAKESHI deh !
Jika kita belum mau membakar perahu kita bernama "PEGAWAI KANTORAN",
totalitas untuk menjadi enterpreneur BELUM BISA DILAKUKAN.
Terus gimana donk ?
Pernah liat mobil-mobil mewah harga milyaran berseliweran di Jakarta ?
Pernah penasaran gak gimana mereka bisa dapet uang sebanyak itu ?
Bisa jadi mereka pengusaha sukses, bisa jadi mereka koruptor, bisa jadi
juga mereka pegawai TOP MANAGEMENT di perusahaan TOP GAIN REVENUE.
Tapi saya yakin 1 hal....
mereka semua adalah INVESTOR !
THEY DON'T WORK FOR MONEY, THE MONEY WORK FOR THEM.
oke, katakanlah hal penting semacam investasi itu sudah aku lakukan dari tahun-tahun kemarin. Tapi semua itu adalah long term investment. Imbal hasilnya tidak bisa aku rasakan dalam waktu dekat. Dibutuhkan 3 atau 5 atau bahkan 10 tahun untuk menikmati hasilnya. Sedangkan kondisiku saat ini mengharuskan aku bergerak cepat. Masak aku berdoa siang malam tiap hari memohon dikaruniai seorang anak, tapi masih belom bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas ?
I feel so stupid and silly then....
Jadi, aku mulai bertanya-tanya sama adekku, YES my little brother, yang masih ababil dan baru saja berusia 18 tahun itu mengenai seluk beluk forex.
Sejak kuliah di finance, dia mulai tertarik dengan yang namanya cari duit. Entah itu jadi broker properti, MLM kosmetik, sampai belajar forex. Di antara semua coba-coba yang dia lakukan, ternyata dia paling serius menekuni bidang forex. Selain karena dia juga dilatih oleh seorang manager di perusahaan tempatnya latihan pakai virtual account, dia juga termotivasi untuk mendapatkan real account dan nasabah.
Kalau motivasi adek saya ini lain lagi.
Ya iyalah...hidup kan mesti ngikutin fase, masa baru umur 18 tahun udah disuruh mikir ngurus anak.
Jadi ceritanya, dia pengen banget beli mobil buat PDKT ke cewek-cewek.
Memang orang tua kami bukan tergolong orang yang mampu membelikan anaknya mobil buat kuliah. Boro-boro buat anaknya, buat dipakai sendiri aja kagak punya.
Terkadang agak keki juga kalo ke-ababil-an adekku ini lagi kumat. Kenapa sih jadi anak gak bisa ngerti kondisi orang tuanya yang lagi susah. Kerja banting tulang peras keringat buat bayarin dia kuliah, masih aja gak bersyukur.
Tapi kalau mau dipikir lebih lanjut lagi, aku gak bisa juga nyalahin dia 100%, lha wong tempat kuliahnya sekarang didominasi anak orang tajir. Sebagai seorang kakak yang open minded *
ciehhh...* aku mikir kalo dia pasti mengalami yang namanya social pressure.
Ibarat San Chai di Universitas Ying De....
wakakakakaa....
Karena itulah, dia getol banget pengen cari duit sendiri, sebanyak-banyaknya, as soon as possible. Menunggu sampai lulus kuliah adalah SANGAT TERLAMBAT. Betul dik, jangan ikutin jejak kakak-kakakmu ini yang baru mikirin cari duit sejak lulusan. Walo sebenarnya pun, cari duit pada saat kuliah ini bisa menimbulkan ketidakfokusan. Terbukti dari IP adik saya yang ga nyampe 3, ampunnn dahh...ngelus dada !
Serba salah emang menghadapi anak ababil @_@
Sekian curcol saya hari ini.
Mari kita segera menuju TKP
belajarforex.com dan menyongsong masa depan yang lebih baik.
Selamat berinvestasi.
NB: Beli juga bukunya Ellen May "Smart Trader Not Gambler" yang katanya
bagus buat trader pemula, saham ada forex juga ada.
*kok malah ngiklan ya?*