Thursday 30 June 2016

The Diary of Caymaru - The Point of No Return (FINALE)

Postingan kali ini (terakhir) ditulis sendiri oleh Caymama beberapa hari sebelum menjalani operrasi. Saya, Caypapa cuma bantu upload agar kisah "The Diary of Caymaru" terselesaikan dan (mungkin) bisa berguna bagi para pembacanya.

Week 24
Setiap malam aku selalu terbangun karena saturasi oksigen yang cuma 60an, padahal selang oksigen tidak pernah lepas dari hidungku.
Saat-saat seperti itu, sepertinya tubuhku tidak menyatu satu dengan yang lainnya.
Aku terduduk. Aku sebut nama Yesus terus dan terus...
Aku kuat. Aku bisa. Tuhan besertaku. Ia akan mampukan aku.
 
Hasil USG minggu ini tidak bagus.
Caymaru positif mengalami IUGR dengan kondisi ABSENT DIASTOLIC END FLOW (ADEF).
Aku tanya ke gugel, beberapa forum ibu hamil di Amerika menceritakan bahwa kondisi ini pertanda buruk, tapi masih bisa dipertahankan asalkan gejala ini tidak berubah menjadi REVERSE END DIASTOLIC FLOW (REDF).
Jika janin mengalami gejala di atas (ADEF) artinya sirkulasi plasenta tidak bagus.
Janin tidak mendapatkan nutrisi cukup yang dibutuhkannya untuk bertumbuh dan berkembang secara normal.
Dalam hal ini, aku gagal mensupply oksigen karena minimnya oksigen darah.
Caymaru bertumbuh sangat sedikit bahkan grafiknya menunjukkan gejala pertumbuhan yang sangat memprihatinkan.
Beratnya hanya 500 gram.

Caymaru,
apapun yang terjadi aku serahkan semuanya pada Tuhan.
Aku memang egois karena memintamu untuk berjuang terus dan terus bahkan sebelum kau mengenal cahaya.
Tapi aku percaya Tuhan punya rencana besar akan kehadiranmu.
Karena itu aku mohon berjuanglah sampai akhir.


Week 25
Kondisi Caymaru tidak bertambah baik, meski beratnya menjadi 560 gram, tetapi aliran darah plasenta menjadi ABSENT-REVERSE END DIASTOLIC (ARED).
Menurut forum di gugel, lagi-lagi perkumpulan calon ibu di Amerika, biasanya jika mereka sudah memasuki gejala REVERSE FLOW, dokter akan mengeluarkan bayi secara paksa alias terminasi kehamilan. Sebagian besar ibu-ibu di sana menuruti maunya dokter, karena memang survival rate di Amerika untuk bayi prematur sudah tinggi, beda dengan Indonesia. Di Amerika, untuk janin berusia 28 minggu dengan berat berkisar 500 - 1000 gram, tingkat survivalnya mencapai 95%, sedangkan di RSCM sebagai rumah sakit terbesar di Indonesia dengan dokter-dokter mumpuni, tingkat survival rate usia 28 minggu dengan syarat berat badan janin minimal 1 kg hanya sebesar 70%.


Week 26
Kami mencoba USG 4D untuk kedua kalinya...dannnn eng ing eng... kami bisa melihat wajahnya dengan lebih jelas dibandingkan ketika berusia 14 minggu.

Caymaru - USG 4D.

Tapi karena kondisi IUGR Caymaru makin memburuk, gerakannya tidak seaktif ketika dia masih berusia muda, ditambah lagi jumlah air ketubanku yang lebih sedikit dibanding wanita hamil normal, membuat dia makin tidak bebas bergerak.
Beratnya di minggu ke 26 ini ditulis 690 gram, ada peningkatan tetapi ukuran yang tertulis berdasarkan hasil USG tidak bisa dikatakan akurat karena ada selisih plus minus sebesar 20%.... weewww banyak banget ya.


Week 27
Minggu ini merupakan.....
.
.
.
.
.
.
.



Postingan Caymama berakhir sampai disini.... Dia takkan pernah bisa melanjutkan lagi tulisannya di sini.
Dia telah mengakhiri pertarungannya bersama sama dengan Caymaru pada Week 28.



 Kondisi Caymama saat menulis postingan terakhir ini.


Caymama tidur pulas, kelelahan menulis postingan ini


Selamat jalan Caymama,
Selamat jalan Caymaru,
Hidupmu boleh berakhir di dunia ini, tapi tulisanmu ini akan tetap hidup dan menjadi pesan positif bagi dunia.

Terima kasih atas teladanmu yang sangat luar biasa...




I LOVE YOU,




( Caypapa )   


Sunday 19 June 2016

The Diary of Caymaru - Let's Fight Together

Akhirnya perjalanan RS kami berakhir di RSCM, yang katanya merupakan rumah sakit umum nomor 1 di Indonesia, di mana calon-calon dokter hebat dilahirkan dari sebuah institusi tersohor bernama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tapi....ironisnya, fasilitas di RS yang pasiennya banyak banget ini sangat kurang memadai. Jumlah penduduk Jakarta aja udah berapa, jumlah penduduk Indonesia berapa, jumlah RS berapa, semua itu gak cukup Pak Presiden, gak heran kalo banyak kasus pasien ditolak atau terlambat penanganannya karena terbatasnya fasilitas yang ada.
Percuma kalo otak dan skill dokternya mumpuni, tapi fasilitasnya kurang, pada akhirnya kita tidak mempercayai tenaga medis di Indonesia. Hanya orang yang bergantung pada BPJS seperti saya ini yang sudi memilih pengobatan di Indonesia untuk menangani kasus berat, kalo duit saya kayak Paman Gober sudah pasti saya terbang ke Jepang atau Amerika sekalian hahahaaaa....


Week 14
Saya datang ke klinik obgyn dan ditangani oleh dokter residen yang sedang mengambil pendidikan spesialis kebidanan. Mereka semua di bawah mentoring seorang dokter senior bergelar Profesor Doktor yang ahli di bidang fetomaternal, yaitu sub spesialis kebidanan yang khusus menangani kehamilan berisiko tinggi.
Awalnya saya sempat dibawa ke IGD karena terjadi kesalahpahaman. Para dokter residen mengira saya setuju untuk melakukan aborsi. Tapi mereka kaget karena saya ternyata tidak menyetujuinya. Akhirnya saya diopname supaya mereka bisa mengadakan join conference dengan dokter jantung mengenai kondisi saya.
Ketika saya diopname, seorang dokter residen yang lumayan ganteng bernama dokter Greg menyuruh suami saya keluar dan ingin berbicara 4 mata dengan saya.

dr. Greg : Saya ingin tahu kenapa ibu sangat kukuh mempertahankan kehamilan ini ? padahal Ibu tahu risikonya. Kehamilan ini berbahaya bukan cuma buat si bayi tapi juga buat Ibu. Saya perlu tahu alasan Ibu untuk bahan pertimbangan saat join conference nanti.
Me : Yaaa... saya sudah pernah bilang kalo saya sulit hamil selama 3 tahun. Saya sudah putus asa bahkan berpikir tidak mungkin saya hamil secara alami. Tapi ternyata Tuhan punya rencana lain. Dokter tahu eisenmenger sulit diobati, setiap tahun saya selalu menerima kabar kematian dari teman-teman di grup Hipertensi Paru. Saya pun tidak tahu kapan saya akan mati. PH belum ada obatnya di dunia ini. Kalo saya menggugurkan kandungan ini demi memperpanjang hidup saya, sampai berapa lama lagi ? 5 tahun ? 10 tahun ?
Lalu selama sisa hidup saya itu, apakah saya bisa hidup tenang, Dok ? Yang ada hanya rasa penyesalan dan kesedihan karena saya menyerah...
(lalu ntah kenapa air mata menetes dan sesenggukan di depan dokter itu, padahal selama ini saya pantang nangis di depan dokter-dokter)


Week 15
Saya bertemu dengan Profesor Yudit, mentor para dokter residen itu untuk melakukan USG perkembangan janin.
Ketika saya berbaring, dia bertanya dengan suara sinis,
"Apa yang Ibu harapkan dari kehamilan ini ? Percuma...paling hanya bisa bertahan hingga bulan ke-5..."
Saya cuma terdiam.
Janin saya masih dalam kondisi normal. USG selesai. Saya dan suami digiring ke ruangannya dan disidang bersama dengan beberapa dokter residen.
Pertanyaannya masih sama dengan yang lalu-lalu,

Dr.dr.Yudith, PhD :
"Kenapa Ibu kukuh mempertahankan kehamilan ini ? Padahal sudah dijelaskan berkali-kali tentang risikonya, taruhannya nyawa. Ini bukan soal buah simalakama, kalo yang 1 dikorbankan akan menyelamatkan yang lain, tapi ini menyangkut 2 nyawa. Bisa keduanya selamat, bisa keduanya tidak selamat kalo menunggu sampai kehamilan lebih tua."
Me :
"Karena di dunia ini tidak ada yang pasti. Dokter bilang risiko berapa 50%, 60& bahkan ada dokter yang bilang sampai 75%, tapi kan masih ada kemungkinan 50%, 40%, atau 25% untuk berhasil... emang kalo orang kena kanker divonis setahun lagi bakal mati, apa dia pasti mati ?"
Dr.dr.Yudith, PhD :
Ya enggak sih...tapi di sini kamu mempertaruhkan 2 nyawa sekaligus
Suami :
Iya dokter, saya paham semua dokter akan menghindari risiko tinggi. Tapi kami tidak mau menyerah, kami mau berjuang sampai akhir, seandainya suatu hari nanti kita menghadapi risiko terburuk, kami tidak akan menuntut apa pun dari dokter. Kamu sudah diberi tahu berkali-kali mengenai risikonya...tapi kami minta dokter juga berusaha semaksimal mungkin membantu kami.

Mendengar jawaban suamiku, tiba-tiba si dokter itu berubah sikap, tidak lagi sinis. Ketika keluar dari ruang fetomaternal, dia menepuk-nepuk bahuku dan memberi semangat.


Week 17
Join conference sudah dilaksanakan antara dokter kandungan, dokter jantung, dan legal ethic dengan konklusi sbb :
  • week 28 bayi harus dikeluarkan untuk menghindari risiko gagal jantung kanan dan thromboemboli vena (pembekuan darah) pada ibu yang bisa menyebabkan kematian mendadak (sudden death)
  • pemantauan secara rutin perkembangan bayi setiap minggu karena risiko IUGR - Intra Uterina Growth Restriction - terhambatnya perkembangan janin karena kurang oksigen, risiko terburuk adalah IUFD - Intra Uterine Fetal Death - di mana plasenta menjadi kering sehingga tidak mampu menyalurkan nutrisi pada janin dan mengakibatkan janin meninggal dalam rahim
  • kontrol rutin untuk memantau kondisi fungsi jantung ibu, perburukan pada eisenmenger syndrome, atau peningkatan hipertensi paru yang berpotensi mengakibatkan gagal jantung

Week 20
Aku merasakan sesak yang semakin berat. Tiap malam aku terbangun karena susah bernapas padahal bantal udah tumpuk 3. Batukku menjadi makin sering, bahkan beberapa kali disertai gumpalan kecil darah. Saat aku kontrol ke dokter jantung, dia geleng-geleng... TVG ku sudah di atas 100 mmmHg, itulah yang membuat beberapa pembuluh halus paru pecah sehingga dahakku berdarah.

Akibat PH yang terlalu tinggi, menyebabkan hipoksia (sesak napas) dan beberapa pembuluh halus paru-paru pecah, jadi dahak yang keluar bercampur darah

Dia mengganti pengencer darah aspirin dengan heparin sodium, yang berarti aku harus disuntik setiap hari. Jadi mulai sekarang aku punya suster baru yaitu suamiku yang kadang nyuntiknya sakit, kadang gak sakit, kadang juga sakit banget.... sampe lengan kanan kiri dan pahaku memar-memar.


 memar-memar di lengan akibat suntikan HEPARIN SODIUM, sebenarnya di paha juga masih banyak, tapi malu fotonya karena pahaku gendut hueheehehee.....

Aku selalu mengingatkan diriku, untuk siapa aku berjuang, karena siapa aku mau percaya. Aku hanya bisa menyebut nama YESUS dalam setiap saat aku merasa sangat lemah, karena aku percaya dia selalu bersamaku.


Week 21
Aku dan suamiku sepakat untuk meminta didoakan dalam sebuah sakramen perminyakan, sebuah ritual dalam gereja Katolik yang bertujuan untuk mendoakan orang sakit.
Prosesnya begitu cepat karena orang-orang di lingkungan sangat support. Seorang pastor datang dan memberikan penguatan melalui sakramen minyak suci.
Biasanya upacara ini diadakan buat orang yang sudah mendekati ajal, walaupun sebenarnya tidak, tapi seringnya kebiasaan orang Katolik di Indonesia seperti itu. Sampai-sampai ketika berita ini didengar oleh mantan managerku, dia langsung shock dan mengira kondisiku sudah amat buruk sehingga berencana menjengukku bersama beberapa teman kantor. Tapi setelah dikonfirmasi bahwa aku masih stabil, akhirnya dia tidak jadi menjenguk hehehee..... baik yah mantan managerku :D


Week 22
Aku merasa lebih sehat. Kadang masih terbangun tengah malam karena sesak napas tapi sudah gak sesering minggu lalu. Dahak berdarahku juga sudah sangat jarang sekali bahkan hampir tidak pernah.
Aku kontrol ke dokter kandungan untuk melakukan USG. Dokter bilang janinku terlalu kecil untuk ukuran 22 minggu. Seharusnya di usia sekian berat bayi sudah mencapai 500 gram, tapi janinku hanya kisaran 350 gram. Walaupun organnya normal, tetapi dia juga kesulitan oksigen sehingga penyerapan nutrisi tidak maksimal.
Dokter pesimis aku bisa melahirkan di usia 28 minggu.
Dia bilang, "paling gak di usia 34 minggu...tapi berisiko buat kamu,"

Aku bilang pada suamiku, kalo aku sepertinya tidak mungkin melahirkan di usia 28 minggu karena berat bayi tidak sesuai target.
Aku sih oke2 aja melahirkan di usia 34 minggu, tapi suamiku jadi galau...karena itu berarti semakin tua kehamilan, semakin berisiko untuk jantungku.
Aku bilang padanya, "Kamu harus percaya padaku kalo aku kuat, aku gak akan menyerah demi Caymaru...semoga Caymaru juga terus berjuang di sini."


Aku mungkin ibu yang paling egois.
Aku tidak bisa memberikan kenyamanan atau apa yang dibutuhkan anakku.
Aku malah memintanya berjuang.
Bahkan sebelum dia mengenal cahaya.

Aku tidak ingin dia menyerah, "berjuanglah, let's fight together..." itu yang selalu aku ucapkan saat aku merasakan gerakannya yang semakin aktif.

The Diary of Caymaru - We Will Protect You

Menginjak usia 7 minggu, aku balik ke Jakarta ditemani si mami naik Argo Anggrek.
Sepanjang perjalanan, perut mual bangeeettttt....makan apapun gak nafsu, malah takutnya muntah kalo dipaksa. Akhirnya aku merasa lemes banget setelah 2x muntah di pagi harinya.
Sampai di Jakarta, aku minta nginep aja di Harapan Kita supaya dapet infus dan gak kekurangan cairan.
Setelah masuk IGD dan tes ini itu, akhirnya aku pun nginep karena hari itu hari Sabtu dan hanya ada dokter residen.

Saat mereka tau riwayatku yang menderita ASD + PH + eisenmenger syndrome, para dokter juga memintaku untuk melakukan terminasi kehamilan. Mereka memberiku waktu untuk berunding dengan keluarga.
Hahahaaa....apa yang mau dirundingkan ??? Sejak awal aku menginginkan kehamilan ini, dan aku sama sekali tidak ada rencana untuk menggugurkannya. Jadi tidak ada musyawarah mufakat, mami dan suami semuanya menyerahkan keputusan di tanganku.
Keputusanku sudah bulat....

AKU AKAN MEMPERTAHANKAN BAYI INI SAMPAI AKHIR

Mereka memberikan selembar surat pernyataan penolakan tindakan terminasi. Aku membubuhkan tanda tangan.
Betapa ironisnya ya... sebuah keajaiban bernama kehidupan, bisa dilenyapkan hanya dengan coretan hitam di atas putih.

Seandainya bayi ini bukan rejekiku, seandainya bayi ini belum saatnya hidup di dunia, aku percaya Tuhan akan mengambilnya dengan cara-Nya sendiri.
Tapi bukan dengan coretan tanda tanganku.

Beberapa minggu kemudian, aku kontrol ke dokter jantung yang biasa di Harapan Kita, di mana aku kembali sebulan sekali buat ambil obat BPJS.
Saat aku bilang bahwa aku sedang hamil, dokternya langsung ngomel-ngomel, yang katanya susah proses lahirannya harus diawasi dokter lintas spesialis, harus pake ICU, risiko kematian, bla bla blaaaa.....
Aku sih cuma diem aja, udah tau kok reaksinya bakal gitu, tapi giliran si mami yang kaget kok ini dokter galak bangettt... bukannya ngasi solusi gimana kek, atau at least cara ngomongnya halusan dikit gak usah emosional gitu.
Yah...aku ngerti kok gimana perasaan dokter kalo menghadapi pasien bandel hahahahaaaa....
Akhirnya dia nulis sesuatu di buku status pasien bahwa dia sudah menjelaskan risiko kehamilan dan lagi-lagi aku membubuhkan tanda tangan.

Oke, selanjutnya aku sempat mengecek kondisi janin di beberapa RS seperti di RS Siloam MRCCC, di sana dokter kandungannya gak seberapa pintar tapi dari hasil USG dia bisa tau bahwa kondisi fisik janin masih normal. Aku juga mampir ke RS MMC Kuningan untuk nyobain USG 4D...

Untuk pertama kalinya, aku dan suami bisa melihat cikal bakal wajah CAYMARU aka BABY G.
Dia sangat aktif bergerak, dan dokter bilang dia cowok.

Caymaru 17 weeks

Saat keluar dari klinik, suamiku bilang kalo dia jadi pengen nangis...
Aku tanya kenapa.
Dia bilang,

"Sebelum ini mungkin aku masih punya perasaan untuk membuangnya kalo suatu hari kamu sudah gak kuat lagi. Tapi hari ini sewaktu melihat wajahnya dan bagaimana aktifnya dia bergerak dengan tangan dan kaki yang normal, aku jadi gak tega kalo suatu hari dia harus digugurkan,"

Mendengar perkataannya, entah kenapa aku jadi terharu.
Ternyata naluri kebapakan seseorang bisa muncul ketika melihat calon bayinya :'(

CAYMARU,
you don't need to worry, we will protect you till the end.
Even if someday we lose the battle, I swear I will never give up...




Friday 15 April 2016

The Diary of Caymaru - The First Rejection

Awal Januari di Kudus, aku mengikuti terapi Chi dari seorang shinshe yang mengajarkan aku beberapa gerakan ringan untuk menarik napas dan menghembuskan napas jika sesak, ia juga memberikan beberapa terapi pijatan di titik Chi supaya pernapasanku menjadi lebih baik.

Aku melakukan perjanjian dengan seorang dokter kandungan di Kudus, di mana dulu adek bungsuku dilahirkan di sana. Selama 20 tahun, klinik bersalin itu kini sudah berkembang menjadi RSIA kecil. Kebetulan dokter yang menangani aku adalah dokter kepala RS yang dulu juga menangani kehamilan mamaku.

Aku masuk ke ruang praktek ditemani oleh tanteku.
Di dalam terjadilah percakapan yang kurang lebih seperti ini :

Dokter : Ada yang bisa kami bantu Ibu ?

Me : Saya sudah terlambat beberapa minggu Dok, saya sudah test pack dan hasilnya positif, jadi saya mau cek apakah benar saya hamil dengan USG.

Dokter : Oh baik...baik...silakan... (sambil menyilakan aku berbaring di ranjang pasien)


Lalu aku pun di USG dan ditest oksigen menggunakan Pulse Oximemeter. Pulse Oximeter menunjukkan saturasi oksigenku yang hanya 85%. Sedangkan hasil USG menunjukkan bahawa memang benar ada embrio di sana.
Gambarnya begini....

Lalu kami pun kembali ke tempat duduk, dan kali ini dokter aku beritahu bahwa aku ada kelainan jantung sehingga hasil pulse oximeter menunjukkan saturasi oksigen yang sangat rendah, yang seharusnya pada orang normal berkisar 99% tapi aku cuma 85%

Ekspresi dokter menunjukkan kekhawatiran dan tidak lagi seramah tadi.

Dokter : Ibu harus konsultasi dengan dokter jantung, sekarang ibu tinggal di mana ? Saya akan buatkan surat rujukan.
Terus terang, dalam kasus ini saya menyatakan angkat tangan jika harus menangani kehamilan ibu, karena ibu harus melahirkan di ruang ICU dengan pengawasan ketat dari dokter jantung.
Dan sebelum semuanya dilanjutkan, kita harus mendapatkan persetujuan dari dokter jantung apakah kehamilan ini bisa diteruskan atau tidak.

Me : Ya, saya tahu itu...

Tante (tiba-tiba nyeletuk) : Tapi ini kehamilan yang sudah ditunggu bertahun-tahun Dok....

Dokter : Ya saya paham akan adanya keinginan untuk memiliki anak, tapi kita harus lihat juga antara keinginan dan kenyataan... jika memang kehamilan ini berisiko ya tidak bisa dipaksakan

Me : (diem aja karena udah tau dia bakal ngomong begitu)

Tante : (tiba-tiba ekspresinya berubah jadi bete dan jutek)


Dalam perjalanan pulang, si tante yang tadi ketika pergi dalam keadaan ceria, ngajakin makan tahu telor... tiba-tiba terdiam dan sama sekali melupakan ajakannya. Waktu aku tanya lagi apakah jadi makan tahu telor khas kudus, dia malah jawab..."Makan di rumah aja ya..."

Huaaaa... kok jadi dia yang galau melow...tahu telor pun melayang bai-bai..

Mungkin memang orang yang baru dapat berita hepi terus dijebloskan ke kemungkinan terburuk PASTI akan shock.
Tanteku juga demikian.

Aku pun demikian.

Tapi itu sudah lama terjadi, ketika 2 tahun lalu aku didiagnosa PH oleh seorang dokter di Siloam.
Waktu itu apapun yang dia katakan aku tidak takut atau gentar, mau dia bilang jantungku bolong 2 cm kek, harus minum obat seumur hidup kek, sudah tidak bisa dioperasi kek.... I don't care.
Hanya 1 omongannya yang membuatku menangis, TIDAK BOLEH HAMIL.

Selama 2 tahun aku tidak mau menelan omongan dokter itu bulat-bulat. Aku selalu browsing di google mengenai kasus kehamilan pada penderita ASD + PH + eisenmenger. Artikel-artikel kedokteran yang aku temukan mengkategorikan penyakit itu sebagai penyakit jantung dengan risiko tertinggi pada kehamilan. Dalam kamus mereka, penderita jantung digolongkan ke dalam 3 kategori risiko untuk kasus kehamilan, low-medium-high... mungkin udah rejekiku dapet penyakit yang masuk golongan HIGH RISK.

Dan aku juga menemukan beberapa artikel mengenai keberhasilan dalam proses kelahiran pada penderita ASD + PH + eisenmenger, meskipun persentase keberhasilan yang terjadi di luar negeri, yang memiliki tenaga medis lebih profesional dengan tingkat manajemen yang lebih baik daripada di Indonesia, hanya berkisar 50-60%. Tidak heran waktu itu dokterku mengatakan risiko bisa sampai 75%, jika kondisi medis di Indonesia yang memiliki keterbatasan peralatan, tenaga medis, dan manajemen yang masih berbelit.

Sampai sekarang aku masih ingat apa yang dikatakan seorang pendoa ketika aku berada di Siloam pada tahun 2014 silam, yang pernah aku posting di sini.

Tidak apa-apa, saya percaya kamu bisa hamil, semua ini terjadi supaya kamu benar-benar mengalami sendiri bahwa Tuhan kita sungguh besar."

Tuesday 5 April 2016

The Diary of Caymaru - A Hello from the Womb

Halo dunia...aku Caymaru si keren, sebelumnya mamaku memanggilku Baby G, tapi kok kesannya kayak merk jam tangan Casio yah...
akhirnya suatu hari papaku memanggilku "Caymaru" and I like it !
Kalian suka juga nggak ?

Diary ini akan ditulis olehku, atau oleh Caymama, atau mungkin juga oleh Caypapa :)

Apakah kalian mau nimbrung juga ?
Boleh.. boleh...kalo mau nimbrung di komen donk, aku suka punya banyak temen, aku kan shio Monyet api :)

kata master Shifu, kalo shio monyet itu temennya banyaaaakkkkk karena orangnya supel, tapi beneran gak yah nanti aku kayak gitu ?
Kalo sekarang sih aku cuma bisa jumpalitan di perut mama, soalnya aku masih keciiillll tiny winy bity... masih banyak space kosong di sini ^_^

Oh iya di post pertama ini, aku mau flashback dikit ah ke akhir tahun 2015, itu adalah saat di mana aku tercipta di dunia ini.... myohohohoho ^o^

Jadi pada awal bulan Desember 2015, keluargaku sedang berduka karena kehilangan Opa, papinya Caypapa, yang sangat kami cintai. Beliau meninggalkan kami begitu cepat sehingga kami semua merasa shock dan tidak siap.

Pada saat itu, ketika Caymama melihat tubuh Opa yang terbujur kaku dan melihat Oma dan Caypapa menangis, Caymama refleks memegang perutnya dan berkata dalam hati, "Jika saja Tuhan berkenan memberikan kehidupan baru ketika kehidupan lain telah Ia ambil..."
Caymama tidak tahu kenapa ia berpikir begitu, dan yang ia lakukan juga reflek aja karena di dalam hati ia juga sangat merindukan kehadiranku.

Waktu berlalu dan hidup harus terus berlanjut.

Caymama yang sudah mengajukan surat resign pada bulan Oktober pun akhirnya bersiap meninggalkan cita-citanya sebagai wanita karir demi menjaga kesehatannya. Caymama berharap suatu hari nanti di masa depan, ketika kesehatannya membaik, dia ingin melanjutkan program baby yang sempat tertunda 2 tahun lalu.

Caymama bilang, hidup itu tentang pilihan. Kita tidak bisa memiliki segalanya yang kita inginkan sesuai dengan apa yang kita rencanakan, pada suatu titik manusia akan dihadapkan pada berbagai pilihan untuk menentukan masa depannya. Jika 1 pintu kesempatan tertutup, akan selalu ada pintu kesempatan lain terbuka. Caymama rela bekerja serabutan, menjadi freelancer atau penjual online atau ibu rumah tangga, demi kesehatan dan sebuah kesempatan yang lain.

Menjelang 2016, Caymama dan Caypapa mudik ke Malang. Ketika kebelet pipis, mereka berhenti di sebuah Rest Area di daerah Bekasi Timur, di situlah pertama kalinya Caymama hoekk...hoekkk di dalam WC yang baunya pesing. Padahal menurut Caymama selama 30 tahun dia hidup belum pernah mungkok karena bau pesing WC, sepesing apapun dia bisa tahan karena memang indera penciumannya kurang tajam dan terpercaya :D

Selama di Malang, Caymama juga selalu merasa mual dan pusing dan merasa badan tidak fit, menurutnya itu karena sakit maag dan kurang oksigen, seperti yang selalu terjadi. Bahkan ketika piknik ke sebuah pantai di selatan Malang yang bernama Balekambang, Caymama mau pingsan karena cuaca panas dan hiruk pikuk keramaian yang ruarrrrr binasaaaaa...untunglah hal tersebut tidak sampai terjadi karena Caypapa menggendong Caymama balik ke mobil. Sampai pada akhirnya, Caymama tidak tahan dengan sakit maagnya, ia ingin bermanja-manja di rumah Omi dan Opi di Surabaya.... menurut Caymama bersantai di rumah orang tua sendiri jauh lebih nyaman daripada di rumah mertua.

Di Surabaya, rasa mual Caymama tak kunjung berkurang walaupun sudah minum berbagai obat maag. Suatu pagi Caymama dalam keadaan perut kosong makan buah kelengkeng banyak banget, karena itu buah favoritnya. Alhasil lambungnya kram melilit tak tertahankan dan ia pun dilarikan ke UGD. Di sana Caymama baru menyadari bahwa ia sudah terlambat haid selama 2 minggu. Tapi ia masih tidak mau percaya 100% kalau ia kemungkinan hamil, karena sudah 3 tahun lebih usahanya untuk hamil secara alami tidak membuahkan hasil.

Dalam perjalanan pulang kembali ke Jakarta, Caymama membeli test pack dan berniat melihat hasilnya saat menginap di tengah perjalanan.
Walopun saat itu keadaan sangat kacau karena tiba-tiba aja Caypapa demam tinggi, tidak nafsu makan, dan tidak mampu menyetir dengan fokus...hampir aja dia nabrak sepeda gowes. Sampai di hotel di Pekalongan, ia sudah dalam keadaan hampir pingsan.

Saat di hotel sambil menjaga Caypapa yang demamnya gak turun-turun, Caymama mengetahui bahwa hasil test pack-nya positif.
Kalo kondisi normal, seharusnya adegan ini menjadi adegan mengharukan kan ? kayak di film-film gitu yang istri dan suaminya berpelukan saling mencucurkan air mata, atau berpelukan bahagia....tapi waktu itu Caypapa lagi sakit (yang nantinya ketauan kalo dia kena DBD...huhuhu) dan Caymama galau karena susah membujuk Caypapa untuk menunda perjalanan ke Jakarta, Caypapa ngotot pengen kembali ke Jakarta walopun fisiknya gak mampu. Mereka akhirnya bertengkar...dan Caymama mengeluarkan jurus maut wanita yaitu.... air matanya T_T
Akhirnya perdebatan itu dimenangkan oleh Caymama. Karena memang wanita selalu benar, laki-laki selalu salah....uuuhhh gimana nih ??? Sabar yah Caypapa, mungkin ini semua demi kebaikan kita bersama :p


harusnya pelukan romantis gini lohhhh kalo ada berita kehamilan.....

pic source : veer.com / google search

Keesokan paginya, Caymama memutuskan untuk meminta jemputan dari saudara di Kudus, yang jaraknya 4 jam perjalanan. Di Kudus, Caypapa mendapatkan sedikit perawatan walopun ia ngotot untuk kembali ke Jakarta. Caymama setuju dengan syarat Caypapa mengajak sopir, sedangkan Caymama stay di Kudus untuk berobat di salah seorang shinshe rekomendasi Mak Ik, tantenya Caymama.
Lalu berpisahlah Caymama dan Caypapa untuk sementara waktu ditemani semburat sinar mentari pagi...

Uuhhh....aku ngantuk nih...
Caymama juga kayaknya udah capek duduk lama-lama jadi jubir aku, keren kan aku punya jubir kayak Farhat Abbas...aku kan gaol (^^)v



kayaknya segini dulu post pembukanya, kapan-kapan kita lanjutkan lagi ya


Salam sayang dari dalam perut sexy,
Caymaru si keren  :-*


Wednesday 30 March 2016

Misteri Suara Tawa di SPBU

Kejadian ini terjadi waktu aku lagi hamil memasuki usia kandungan hampir 3 bulan.
Waktu itu sekitar pukul 19:00 aku nemenin Eric untuk isi ulang oksigen di Jalan Panjang. Selesai isi ulang, kami mampir ke SPBU untuk isi bensin, berhubung diriku udah kebelet pengen pipis akhirnya turun ke arah toilet.
Sementara Eric nunggu di mobil, aku pun menuju toilet yang berada di bagian belakang SPBU, tepatnya di belakang mushola, di samping gudang yang kelihatannnya sepi.

Di depan toilet hanya ada seorang bapak penjaga yang menunggu kotak uang. Di bagian dalam toilet ada 2 bilik WC yang mana campur antara laki-laki dan perempuan karena modelnya seperti kamar mandi.
Salah 1 bilik tertutup tanda ada orang yang memakai. Aku pun masuk ke bilik yang satunya lagi.

Saat aku mulai pipis, terdengar bunyi fush dari WC sebelah tanda orang sebelah udah kelar buang hajat.

Habis pipis, aku pun bersiap menyiram air....lalu saat itulah terdengar suara orang tertawa, "Ihihhihihi...."

Suaranya jelas banget sehingga aku menganggap itu adalah suara dari WC sebelah dan tidak ada perasaan maupun pikiran apa pun.

Aku kembali menyiram air sampai benar-benar bersih, tapi suara tawa itu malah terus berlanjut...

"Ihihihihihiii.....ihihihihihi.....ihihihiiiii...."

Tiba-tiba aja aku teringat sama film-filmnya Suzanna, aku pikir kok ada aja sih orang iseng begini, kurang kerjaan banget.
Aku pun buru-buru membuka pintu yang terkunci dan melihat ke WC samping yang ternyata.... KOSONG !!!

JENG JENG !!!

Aku jadi heran, seandainya memang orang di WC sebelah yang ketawa ketiwi iseng, harusnya dia papasan dengan aku ketika aku buka pintu. Nyatanya bilik itu sepertinya udah kosong sejak suara flush yang tadi, berarti orangnya sudah keluar dari tadi.

Aku berjalan ke depan, dan lagi-lagi tidak ada seorang pun selain si Bapak penjaga uang yang dari tadi masih melamun aja nungguin kotak. Aku gak melihat seorang perempuan sama sekali. Aku tengok ke toko di belakang si Bapak yang letaknya tepat di samping WC, aku pikir mungkin si Mbak penjaganya yang iseng ketawa-ketiwi atau lagi bercanda sama temannya. Ternyata toko itu juga sepi tidak ada orang sama sekali !

Sekali lagi aku mikir, kalo memang ada perempuan, misalnya mbak-mbak penjaga toko yang ketawa karena sedang bercanda dari ruang sebelah, harusnya suaranya seperti teredam tembok, gak mungkin sejelas suara tadi. Dan pasti terdengar juga suara lawan bicaranya. Nyatanya di sekitar tempat itu tidak ada siapa-siapa selain Bapak penjaga kotak. Masak iya, dia kurang kerjaan banget gangguin orang lagi pipis...orang tampangnya serius hahahahaaaa....

Pikiranku terus bertanya-tanya sembari jalan ke mobil.
Aku pun tiba-tiba teringat cerita salah seorang teman yang tinggal di daerah kampung, yang digangguin tawa kuntilanak karena ibunya sedang mengandung.

Apa mungkin yang gangguin aku tadi itu beneran kuntilanak ya ?? Yang bisa merasakan aura janin....

Kalo memang benar demikian, berarti itu pertama kalinya sepanjang ingatanku mendengar suara Mbak Kunti, bener-bener mirip seperti di film.


pic source : raindart @ deviantart
link : http://img03.deviantart.net/a123/i/2012/193/e/4/indonesia_ghost___kuntilanak___by_raindart-d56xhxr.jpg