Pagi-pagi, kami turun ke bawah buat sarapan dan kaget setengah mati melihat kondisi
restoran hotel yang....
semrawut
kotor buanget
makanan udah abis semua
Sambil mengeluh, aku duduk di salah satu meja yang piringnya belum diberesin, masih ada ceceran makanan di sana-sini, pokoknya buat aku sih...ini rada menjijikkan !
Waiter dan waitress nya kewalahan menghadapi tamu di peak season, cuma 2-3 orang dan mereka gak mampu melayani kami, bahkan untuk makanan yang udah abis pun, kami harus meminta dan menunggu beberapa saat sampai disajikan lagi. Tentu saja itu cuma menu makanan yang bisa direfill, macam nasi goreng, kue bolen, roti tawar, dan puding. Menu seperti bubur dan daging atau ikan, jangan harap nongol lagi.
Kata welcome boy-nya, itu karena mereka baru buka beberapa bulan dan gak siap menghadapi peak season. Pemiliknya juga lagi keluar negeri jadi mereka kayak gak punya wewenang untuk melakukan inovasi.
Yahhh...whatever your reason, menurut aku sih mereka sama sekali gak siap untuk buka hotel.
Siangnya, aku dan suami jalan-jalan ke stasiun yang berada tepat di depan hotel. Stasiun Bandung ini bersih banget dan ramai, sayang sekali aku gak ambil foto bangunan landmark itu. Menurut salah satu blog, perjalanan ke Bandung naik kereta api itu sangat menyenangkan karena melewati gunung dan bukit-bukit yang pemandangannya indah. Memang kalo dilihat dari mobil saat di tol Cipularang, jalanan kereta yang dibangun Belanda itu masih nampak kokoh dan menyembul di antara lembah-lembah perbukitan, jadi penasaran juga seperti apa rasanya naik kereta ke Bandung.
Malamnya, kami memutuskan untuk cari makan di Braga Walk karena letaknya yang cukup dekat dari hotel.
Kami memarkir mobil di ujung jalan, dan menyusuri Braga dengan berjalan kaki. Karena menurut trip advisor, jalanan Braga itu romantis dan enaknya dilewati sambil jalan kaki.
Sayang banget, pas ke sana, sedang ada renovasi yang membuat jalanan nampak kotor dan berantakan, bahkan lampu jalan yang jadul itu, yang kayak lampu jalanan di London, juga ikut dibongkar...meskipun mungkin setelah renovasi akan dibangun lagi.
di depan salah satu cafe
Aku paling suka sama suasana kota tua yang berbau-bau Eropa gitu, kayak kota tua di Jakarta, kota tua di Semarang, dan kota tua di kawasan Braga ini. Di sini banyak cafe-cafe yang jual minuman beralkohol dan dipenuhi asap rokok, berhubung aku harus menghindari asap rokok sebisa mungkin, kami mencari resto yang memungkinkan.
Dan ketemulah warung penyet Bu Tris....mirip yah sama Bu Kris yang tersohor itu.
menu oseng ini enak banget, meskipun isinya tanpa daging...cuma tulang ikan sama kuah cabe-cabean
Aku menyukai Braga yang eksotis,
Aku akan kembali lagi ke sana,
Tak sabar aku menantikan wajah barunya....
*last update : katanya Jalan Braga gak akan pernah kembali seperti jaman keemasannya dulu.... sayang banget kalo gitu, padahal ini kan heritage yang harus diselamatkan kayak kota tua Jakarta, cmon Bang Kamil....do something about it T_T