Thursday, 17 January 2013

Greedy and Grateful

Yeyyy....akhirnya wish list lain bisa terkabul, my first android tablet. Yah meski saya masih tetap terngiang pada MOTOROLA RAZR yang spec-nya lebih canggih atau ngiler liat GALAXY NOTE punya temen-temen yang spec-nya jauhhh di atas (tapi harganya juga, jadi saya tetap gigit jari sambil ngiler...*euuuchh)
Walopun pembelian barang ini di tengah kegalauan ekonomi dan sedikit maksa, karena saya bersikeras tidak bisa (*tidak mau tepatnya) hidup tanpa smart gadget.

Samsung Galaxy Tab 2 7.0, not a hi-spec tablet but enough for me

Well yeah....akhirnya setelah menunda servis blackberry berhari-hari, saya pun menyerahkan dia ke service center dan harus menunggu sebulan lagi. What a looooonggggg timeee.....

Di saat Jakarta banjir di mana-mana, untunglah rumah saya gak kebanjiran, begitu juga jalanan di depannya. Yang kebanjiran adalah komplek pemukiman di belakang yang masuk gang-gang kecil.

Pagi-pagi, hujan masih aja turun dengan derasnya sejak subuh. Ketika suami saya memutuskan gak ngantor karena temannya terjebak di jalan dan akses ke Sudirman susah. Tapi saya adalah orang yang paling TIDAK MUNGKIN tidak masuk kantor karena alasan banjir. Pertama karena emang daerah saya gak banjir, dan perjalanan menuju kantor juga tidak banjir sehat walafiat.
Maka saya pun siap bertempur, dengan pakai baju super nyantai, sandal jepit, payung besar biar ga ketiup angin, tas kerja n sepatu n baju ganti dimasukin kresek biar gak basah. Saya pun tiba di kantor pada pukul 07:58
Tapi ternyata di kantor cuma ada segelintir orang, dan ketika saya menuju lantai 3 dan 4, semuanya masih gelap gulita.
Saya pun turun lagi, dan salah seorang sopir kantor mengatakan kalo komandan tertinggi memutuskan meliburkan kegiatan kantor hueeeee......

Lalu saya pun pulang dan autis dengan mainan Android baru, sambil nonton TV tentunya.
Di TV, diberitakan daerah mana saja yang banjir, tidak luput juga daerah bundaran HI.

Saya jadi ingat di pos sebelumnya, saya bilang kerja di Menara BCA merupakan suatu kebanggaan karena di tengah pusat bisnis.
Tapi dengan keadaan seperti ini, saya jadi mikir....
kantor saya yang terletak di ruko di daerah pinggir kali ternyata malah sehat walafiat dan terbebas banjir, meski akses ke sini tertutup banjir. Dibanding kerja di daerah prestisius tapi musti naik gerobak.....yaelaaa

Bundaran HI banjirrrr...... (credit:detikfoto)

Seharusnya kita memang banyak bersyukur atas apa yang sudah diberi. Susah sihh karena sifat manusia yang greedy,

just like me....

Wednesday, 2 January 2013

Life Changes, Friends Don't

Di tahun 2012 ini, banyak sekali teman kantor yang resign, karena berbagai alasan. Mulai dari yang jenuh sama pekerjaan, mau melanjutkan bisnis keluarga, mau kawin, mau fokus S2, mau mencari tantangan di luar, mau usaha sendiri, mau cari gaji yang lebih besar, de el el.

Saya sendiri, sejak lulus dari kuliah sampai saat ini sudah berpindah tempat kerja sebanyak 4x. Sudah capek juga bikin surat resign, surat lamaran, apalagi update portfolio.

Setiap tempat kerja, selalu ada poin minusnya. Tidak ada yang benar-benar memuaskan bagi saya. Tapi tentu saja juga ada poin plusnya. Kan hidup itu harus seimbang, ada negatif, ada positif. Saya pernah kerja di tempat yang bos-nya gendut dan galak, semua pegawai takut pada bos-nya. Kalo pake komputer, gak bisa internetan. Bosnya gamau tau tuh kalo graphic designer juga butuh browsing buat cari ide-ide dan referensi. Jadi, kalo mau internetan ya pakai komputer marketing yang cuma bisa dipake beberapa menit.
Kalo mau tidur atau mata merem boro-boro, karena ruangannya disekat pakai kaca dan bos bisa muncul sewaktu-waktu berhubung rumahnya ada di atas. Kalau pulang tenggo dikomentarin, padahal kalo telat potong gaji. Bekerja under pressure, itu istilah yang cocok untuk perusahaan itu. Sebagai fresh-grade yang sebelumnya belum pernah bekerja selain kerja praktek, tentu hal ini cukup membuat saya shock. Karena di tempat saya kerja praktek, bos-nya baik dan suasana kerja menyenangkan. Akhirnya saya cuma bertahan selama 6 bulan di sana, dan memutuskan hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan studi, pengen S2 cing !! Meski kerja di perusahaan tersebut banyak negatifnya, tetap ada kenangan manis dan lucu bersama teman-teman seperguruan.

Sesampai di Jakarta, saya berkenalan dengan teman-teman S2 binus yang lumayan membuka wawasan dan channel. Beberapa bulan pertama, saya hanya menggantungkan kebutuhan sehari-hari pada uang saku dari orang tua. Tapi lama-kelamaan, saya merasa menjadi beban bagi mereka. Saya sudah lulus S1, seharusnya sudah bisa cari duit sendiri. Sementara orang tua saya masih harus menanggung biaya kuliah dan sekolah 2 adik saya. Akhirnya saya putuskan untuk melamar kerja di Jakarta ini, dan berhasil diterima di salah satu perusahaan game online. Gajinya tidak besar, tapi lumayan buat menghidupi saya sendiri daripada saya terus meminta orang tua. Di titik inilah, saya benar-benar lepas dari supply orang tua. Saya merasa senang bekerja di perusahaan ini meskipun gajinya kecil untuk standard Jakarta dan hari Sabtu masuk. Semua yang bekerja di situ adalah gamer, jadi setiap pulang kerja selalu ada pertandingan DOTA, termasuk manager saya sendiri ikut kecanduan heheheeee.....
Setahun pertama saya lalui dengan riang gembira, lalu memasuki 1,5 tahun saya merasa jenuh dengan pekerjaan yang itu-itu saja. Apalagi kantor perusahaan yang pindah dari gedung di tengah kota ke ruko terpencil membuat mood kerja meredup, ditambah lagi frekuensi main DOTA yang semakin dibelenggu oleh bos - padahal saya kan belum jago, gelar MONSTER KILL aja belum bisa apalagi BEYOND GODLIKE !!!

Lalu kesempatan dan keputusan untuk resign muncul setelah saya lulus S2 dan ditawari oleh teman untuk bekerja di perusahaannya, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Dengan tawaran gaji yang 30% lebih besar, tentu saya jadi ngiler dot com. Belum lagi lokasi kantornya di Menara BCA, persis di depan bundaran HI, what a prestigious place to work hahaaa....
Ternyata impian dan bayangan tak seindah kenyataan. Again. Di kantor ini, ada lagi yang namanya bos nyebelin. Kalo di pekerjaan pertama saya seorang om gendut, kali ini seorang tante centil. Setau saya, di perusahaan itu ga ada yang suka sama tuh tante, termasuk teman saya sendiri yang mana adalah komisaris perusahaan. Tapi karena tante centil itu adalah istri pemegang saham, jadi walopun dia ga pintar, tetap aja bisa duduk di kursi Vice President tanpa bisa didepak. Itu satu hal, dan hal lainnya adalah bidang pekerjaan dan suasana kerja. Ternyata kerjaan saya banyak berhubungan dengan administrasi, yang mana tidak ada lagi software-software ADOBE di komputer saya, tidak ada lagi desain, hanya ada angka dan tulisan. It's so stressful !! Lalu ada 2 kelompok kerja, front office dan back office. Saya sebenarnya kurang suka dengan kelompok front office, dan cenderung bergaul dengan kelompok back office. Dan ternyata entah kenapa, 2 kelompok ini juga tidak bisa berbaur. Jika kelompok front mengadakan acara, kelompok back tidak mau ikut, begitu juga sebaliknya. Akhirnya saya cuma bertahan di perusahaan ini selama 4 bulan. Tadinya cuma mau 3 bulan lalu kabur, tetapi saya merasa tidak enak pada teman saya yang adalah komisarisnya, saya tidak ingin hubungan kami menjadi buruk karena saya kabur dan mempermalukan dia, akhirnya saya diperpanjang 1 bulan. Dalam 1 bulan terakhir itu, bisa dibilang saya jarang masuk karena sibuk interview hahahahaa.....

Di perusahaan tempat saya bekerja saat ini, bisa dibilang hal negatif dan positifnya lebih banyak positifnya, jika dibandingkan perusahaan-perusahaan sebelumnya. Pertama, bos-nya baik dan pintar, bisa menjadi teladan bagi bawahannya. Bidang pekerjaan sesuai dengan skill dan minat. Teman-teman dan suasana yang menyenangkan. Poin minusnya cuma gaji. Yahh...tapi kalo dipikir-pikir lagi, sebagai karyawan saya gak akan pernah puas dengan gaji. Yang bisa memuaskan kita adalah jika kita bekerja sendiri sebagai pengusaha dan penghasilan ditentukan oleh kita sendiri. Karena itu saya berharap, bisa memiliki usaha sendiri di tahun-tahun berikutnya entah kapan, karena saya sudah capek pindah-pindah kerja dengan berbagai alasan. Saya harus berhenti di 1 titik dan fokus, daripada loncat-loncat kayak kutu.

Dulu setiap kali saya resign, saya merasa sedih karena meninggalkan teman-teman yang sudah akrab. Dan setelah beberapa bulan, berkenalan dengan orang baru membuat jarang kontak dengan teman-teman lama, karena sibuk dengan hal baru dan teman baru. Saya berharap teman-teman saya yang resign meninggalkan saya di perusahaan ini bisa tetap menjaga kontak dan suatu hari nanti bisa reuni lagi.

LIFE CHANGES, FRIENDS DON'T
 


Dedicated to all my ex-colleagues and ex-colleague soon to be : 
Dina, Rossa, Jun, Pras, Pak Alex, Bu Yuli, Lily, Bengky, Rizki, Sianne, Franky, Simon, Nita, Budi Anduk, Andreas, Patrick, Vivi, Susan, Vina, Suwandi, Dhini, Koento, Fani, Andini, Rere, Diko, Anggita, Lia "Cila", Jessica, Ko Bro, Oka, David ?, Niken ?, Mbak Tri ?, Wening ?, Liswandi ??


Big Christmas Gift

Finally, I got it in December 26, 2012....

Rasa syukur yang begitu dalam dan terima kasih yang susah diungkapkan dengan kata dalam doa apalagi dalam blog ingin saya sampaikan pada Tuhan Yesus yang telah mendengarkan doa saya, dan Bunda Maria yang telah turut mendoakan saya.

Saya berterima kasih karena orang tua saya diberi jalan dan kemudahan tepat pada waktunya sehingga bisa membiayai uang masuk Universitas adik bungsu saya yang mana biayanya tidak kecil. Benar-benar deh...Tuhan memberikan tidak lebih cepat atau lebih lambat, tetapi TEPAT WAKTU.

Lalu, cerita mengenai saya sendiri. Betapa kesabaran dan penantian selama setahun ini akhirnya terbayar sudah dengan kehadiran sebuah mobil yang sebentar lagi akan dikirim ke Jakarta.

Memang mobil ini bukan mobil baru, istimewa, harga selangit, kinclong, blink-blink dan bisa membuat penumpangnya bangga setengah mati. Mobil ini cuma mobil sedan biasa, yang diproduksi tahun 2003 alias umurnya sudah 10 tahun dan teknologinya tidak secanggih mobil-mobil sekarang. Beruntung, pemilik sebelumnya merawat mobil ini dengan baik sehingga meski usianya cukup tua, tetapi mobil ini masih terlihat sehat walafiat.

Meski mobil ini cuma sedan tua, tapi saya sangat berterima kasih pada Tuhan. Karena saya boleh memilikinya dari hasil keringat sendiri. Mobil ini tidak jatuh dari langit, tidak dibelikan orang tua, tidak dipinjami oleh kantor, tidak diberikan secara cuma-cuma oleh orang lain, tetapi hasil dari kesabaran menabung se-sen demi se-sen, dan tentunya atas ijin Tuhan.

Saya tidak akan lupa setahun lalu, ketika saya membulatkan tekad untuk memiliki mobil ini. Meskipun suami saya bilang menabung dengan persentase sekian dari gaji cukup berat, tetapi saya tidak peduli. Bulan demi bulan kami jalani seperti komitmen awal tahun. Godaan juga datang bertubi-tubi, di saat teman-teman bisa pelesir ke Bali dan luar negeri atau nonton konser dengan tiket harga jutaan atau beli hape baru, saya dan suami harus menahan keinginan jalan-jalan demi menabung. Padahal kan suami istri yang belum dikaruniai anak seharusnya banyak-banyak refreshing biar gak stress dan gampang bikin anak hahahahahaaa.....

Kadang-kadang, tidak jarang juga terjadi percekcokan yang disebabkan misi menabung gila-gilaan ini karena beda prinsip. Menurut suami, untuk menambah tabungan, kami harus semakin berhemat, menurut saya untuk menambah tabungan justru pendapatan kita harus ditambah, alias punya passive income. heheeee....seperti analogi gelas berisi 1/2 air, suami saya berpikir, "Gelas ini setengah kosong". Sedangkan saya berpikir,"Gelas ini setengah isi".

Sebagai manusia biasa, sering juga saya merasa iri pada orang-orang atau pasangan muda yang sepertinya tidak harus se-struggle kami. Yang sudah diberi rumah oleh orang tuanya, sudah diberi mobil, tinggal meneruskan bisnis keluarga, sehingga yang perlu dipikirkan mereka cuma "bikin anak" saja. Tidak perlu repot-repot memikirkan materi. Tapi kalau melihat ke atas terlalu lama ya bakal capek juga. Melihat ke atas perlu untuk motivasi, tapi kalau pikiran sudah menjurus ke iri, saya perlu sekali orang yang mengingatkan saya untuk melihat ke bawah. Betapa banyak juga orang-orang maupun pasangan yang tidak seberuntung kami berdua. Yang harus berjuang lebih keras lagi dan menghadapi cobaan yang jauh lebih berat. Seharusnya kami bersyukur atas semua yang kami punya.

Jadi, ini bukan akhir perjuangan. 1 wish list sudah terpenuhi di akhir tahun 2012. Masih banyak wish list yang lain yang harus dikejar ketika kita masih muda dan diberi kesehatan. Kalau teman saya woro-woro di facebook mengenai resolusinya di tahun 2013, saya cukup woro-woro di blog ini. Resolusi saya ya...semua yang ada di wish list heheheee....

Mari mengejar impian, dan semoga Anda selalu dalam berkat Tuhan, amin.

 Nangkring di depan rumah mertua @ Malang