Setelah check-out dari Raffles Villa di Kaliurang, kami melanjutkan perjalanan ke kota Yogyakarta untuk check-in di hotel HOM Platinum.
Sorenya kami melanjutkan perjalanan ke candi Prambanan dan tiba di tempat tepat sebelum gerbang ditutup, yaitu jam 6.
Untung masih boleh masuk.
Saya kira karena pertunjukan sendratari Ramayana dimulai jam 19:30 maka candinya masih buka sampai malam. Waktu itu saya berpikir bahwa jam 6 sore masih terlalu dini.
Ternyata oh ternyata, panggung tari dan lokasi candi berada di tempat yang berbeda.
Kita juga tidak bisa ke panggung tari dari lokasi candi, karena tempatnya dipisah pagar dan jalan.
Jadi, lokasi candi hanya buka sampai sore. Gerbang ditutup pukul 17:00 dan lokasi ditutup pukul 18:00
Jadi, petanya seperti ini :
Menyesal sekali kenapa tadi kami tidak pergi lebih siang dan malah mengulur-ulur waktu. Akhirnya kami cuma bisa berfoto secara kilat karena sinar matahari juga sudah mulai redup. Suasana dan kondisi di dalam candi menjadi sangat gelap. Sempat masuk ke dalam candi yang ada patung Syiwa-nya tapi gelap banget... terus diketawain bule karena lagi-lagi saya digendong ama ayang ahahahahahaa.... padahal udah menolak tapi apa daya kami diburu waktu sehingga gak sempat lagi kalo harus mendaki satu persatu anak tangga bagikan siput *cry*
Meski begitu, pantulan sinar matahari sore alias sunset menambah keeksotisan candi ini...
Meksi belum puas berfoto dan berkeliling ke seantero reruntuhan candi, kami pun harus meninggalkan lokasi karena sudah gelap dan lampu penerangan taman tidak terlalu banyak. Begitu matahari terbenam, lampu spot warna-warni langsung dinyalakan dan menyinari ketiga candi induk Prambanan, candi Wisnu, Candi Brahma, dan candi terbesar Candi Syiwa.
Komplek candi ini luassss banget apalagi buat orang yang jalannya kayak siput macam ngana, kami sempat tersesat karena mengikuti dua sejoli bule yang berjalan entah ke mana. Akhirnya kami memutuskan untuk jalan sendiri mengikuti insting dan petunjuk yang kurang jelas sampai akhirnya berhasil sampai ke parkiran. Kami harus keluar lokasi dengan mobil, mengambil arah memutar dan masuk ke area sendratari yang berada di komplek sebelah.
Ternyata komplek yang satu ini jauh lebih ramai dibanding komplek candi, mungkin karena emang baru buka yaa... sedangkan komplek candi tadi kan udah tutup.
Beberapa bule yang kami temui di Prambanan juga ternyata ikutan nonton sendratari ini.
Ada beberapa kelas mulai dari VIP, special seat, first class, second class, student, semuanya bisa dilihat di
yogyatrip.com
Kami memilih first class seat dengan harga tiket Rp. 175.000,-/ person
walaupun agak menyamping tapi yang penting bisa dapet di depan.
Dan herannya, kenapa kursi VIP-nya dipake bule semua ya ?? apakah emang dibooking oleh sebuah grup tur ataukah orang Indonesia gak rela ngeluarin duit Rp. 350.000,- ??
Sebelum masuk, foto dulu sama cosplayer resmi, walaupun penarinya nanti bukan mereka :D
Sepertinya saya gak perlu lagi menceritakan kisah Ramayana, selain karena kisah ini udah diceritain sejak kita masih SD, sempat dijadiin wahana yang antriannya Masya Allah di Dufan pada tahun 1997-2000an, akhir-akhir ini juga banyak sinetron India-he yang me-remake kisahnya :)
Enjoy the show....
Candi Prambanan yang ada di komplek sebelah ternyata menjadi latar belakang dari panggung, diterangi lampu-lampu spot :)
Dan berakhirlah perjalanan kami di hari pertama.
To be continued.....
Monday, 28 December 2015
Jogja Trip 2015 - Part 2 : Merapi Lava Tour
Siapa sih yang nggak pernah denger tentang keganasan gunung Merapi ?
Gunung yang paling aktif di Indonesia ini menyimpan seribu cerita kelam dan mistis sepanjang masanya, dan belum menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan tidur panjang. Sang Ardi masih akan berdiri kokoh menyaksikan cerita manusia di Jawa Dwipa :)
Di Kaliurang - sebuah wilayah tujuan wisata di kaki gunung Merapi - atraksi yang paling menarik adalah "Lava Tour", di mana kita akan diantar berkeliling oleh seorang pemandu dengan mobil Jeep ke lokasi-lokasi yang terkena "Wedhus Gembel" alias awan panas, atau tersapu lahar dingin.
Ada beberapa operator yang menyediakan jasa tour ini. Kebetulan yang saya ikuti adalah operator yang posnya tepat berada di samping Raffles Villa di dekat bundaran patung udang.
Ada beberapa paket tour yang ditawarkan dengan kisaran harga mulai Rp. 350.000,- sampai Rp. 600.000,-
Kami bertiga sepakat mengambil paket yang paling murah karena sorenya harus segera ke Candi Prambanan sehingga tidak bisa berlama-lama di Kaliurang.
Brosur paket Lava Tour by Mas Yus
Ternyata naik Jeep asik banget...apalagi kalo guide-nya, Mas Yuswanto, agak sedikit ngebut sehingga udara sejuk Kaliurang berhembus menerpa wajah...uhuuuiiii....
Sebelum mulai menelusuri desa yang hancur karena awan panas, jeep kami melakukan aksi offroad di atas sungai pasir yang namanya Kali Opak...pokoknya Seru banget !!! Kata Mas Yus, sungai tersebut dulunya penuh air dan ada bangunan bendung yang berfungsi, tapi sejak tertimbun Lava dingin, airnya sekarang cuma seuprit dan bendungannya juga masih dalam tahap renov karena mengalami kerusakan.
Perjalanan menuju Kali Opak... melewati bangunan runtuh, jalan berbatu, dan kuburan massal
Perjalanan dilanjutkan menyusuri pemakaman massal korban letusan merapi melewati jalanan pasir berbatu-batu yang di kanan kirinya banyak bangunan runtuh. Lalu sampailah kami ke "Museum Sisa Harta".
Di situ banyak barang rusak maupun mayat hewan yang sudah membatu akibat terkena awan panas. Mulai dari televisi, rak kulkas, mesin jahit, sepeda motor, "sisa" kelinci, batu-batu vulkanik yang terlempar dari semburan merapi, dll
Museum Sisa Harta
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke sebuah monumen yang disebut "BATU ALIEN" yaitu sebongkah batu super gede yang terlempar dari semburan Merapi, dan jika dilihat pada angle tertentu menyerupai wajah orang. Karena itu penduduk sekitar menyebutnya batu alien. Ada juga yang menyebutnya "BATU ALIHAN" - alihan = perpindahan - konon menurut mereka batu itu menghadap tepat ke arah keraton Yogyakarta jika ditarik garis lurus.
Di lokasi ini, Mas Yus menunjukkan kepiawaiannya mengambil berbagai angle foto unik yang mungkin sudah sering ia lakukan pada setiap turis yang berkunjung. Berhubung kami nggak pernah melakukan adegan foto begitu, jadinya kami excited banget... saya aja sampai kelelahan disuruh lompat-lompat, gak terasa sampai sepatunya jebol.
Batu alien - mirip kan sama wajah orang ?!
Foto-foto unik dengan background langit biru ^^
Dari batu Alien, kami melanjutkan perjalanan ke tambang pasir yang lokasinya nyeremin tapi eksotis bangettttt....
Gimana gak serem kalo jeep-nya diparkir di pinggir jurang yang notebene adalah pasir, bisa aja kan sewaktu-waktu longsor. Uniknya di tambang pasir ini, beberapa lubang masih mengeluarkan asap dari dalam, dan batu yang warnanya coklat basah jika disentuh ternyata hangat !
Kali ini kami banyak mengambil foto panorama, sayangnya background gunung Merapi tidak tampak tertutup awan :'(
Tambang pasir...offroad rute, taken with ASUS Zenfon 2 panorama mode
Hari sudah semakin panas ketika kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi terakhir, BUNKER DARURAT di dusun Kaliadem.
Sampai di lokasi, kayaknya saya udah kelelahan banget dan mulai sesak napas, sehingga pada saat ada tangga menanjak, mau nggak mau harus minta bantuan suami buat gendong hehehehe.... yang mana aksi ini mengundang perhatian bule-bule di sana, dikiranya saya males banget kali yah nggak kasian ama suami :p
Masuk ke bunker, suasananya gelap dan pengap.
Di dalam ada sebuah batu besar yang di atasnya diberi sesajen, menambah suasana makin mencekam dan bikin merinding meskipun banyak pengunjung dan masih di siang bolong.
Menurut cerita, ketika letusan tahun 2006, 2 orang relawan bersembunyi di dalam bunker yang memiliki ketebalan dinding 3 meter dengan pintu beton setebal 25 cm, namun panasnya material merapi yang melahap daerah tersebut malah membuat bunker itu bagaikan oven raksasa. Dua orang relawan yang terjebak di dalam, yang satunya meninggal di dalam bak mandi yang terletak di dalam bunker, dan satu lagi meninggal di dekat pintu bunker. Katanya saat bunker diselimuti material panas merapi, suhu di dalam bisa mencapi lebih dari 200*C, atau maksimal 700*C. Ya Tuhan....gak kebayang panasnya kayak apa, di Jakarta aja suhu 33*C udah bikin emosi !
Peresmian bunker
Foto dari dalam bunker....
digendong ayang karena capek naik tangga wakakaka XD
Dari lokasi bunker, jeep kami kembali menuju Kali Opak untuk melakukan off road di sungai yang asik banget tadi sebagai penutupan sebelum akhirnya kembali ke villa.
Kami pun berkemas untuk melanjutkan perjalanan ke Candi Prambanan.
To be continued...
Gunung yang paling aktif di Indonesia ini menyimpan seribu cerita kelam dan mistis sepanjang masanya, dan belum menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan tidur panjang. Sang Ardi masih akan berdiri kokoh menyaksikan cerita manusia di Jawa Dwipa :)
Di Kaliurang - sebuah wilayah tujuan wisata di kaki gunung Merapi - atraksi yang paling menarik adalah "Lava Tour", di mana kita akan diantar berkeliling oleh seorang pemandu dengan mobil Jeep ke lokasi-lokasi yang terkena "Wedhus Gembel" alias awan panas, atau tersapu lahar dingin.
Ada beberapa operator yang menyediakan jasa tour ini. Kebetulan yang saya ikuti adalah operator yang posnya tepat berada di samping Raffles Villa di dekat bundaran patung udang.
Ada beberapa paket tour yang ditawarkan dengan kisaran harga mulai Rp. 350.000,- sampai Rp. 600.000,-
Kami bertiga sepakat mengambil paket yang paling murah karena sorenya harus segera ke Candi Prambanan sehingga tidak bisa berlama-lama di Kaliurang.
Brosur paket Lava Tour by Mas Yus
Ternyata naik Jeep asik banget...apalagi kalo guide-nya, Mas Yuswanto, agak sedikit ngebut sehingga udara sejuk Kaliurang berhembus menerpa wajah...uhuuuiiii....
Sebelum mulai menelusuri desa yang hancur karena awan panas, jeep kami melakukan aksi offroad di atas sungai pasir yang namanya Kali Opak...pokoknya Seru banget !!! Kata Mas Yus, sungai tersebut dulunya penuh air dan ada bangunan bendung yang berfungsi, tapi sejak tertimbun Lava dingin, airnya sekarang cuma seuprit dan bendungannya juga masih dalam tahap renov karena mengalami kerusakan.
Perjalanan menuju Kali Opak... melewati bangunan runtuh, jalan berbatu, dan kuburan massal
Perjalanan dilanjutkan menyusuri pemakaman massal korban letusan merapi melewati jalanan pasir berbatu-batu yang di kanan kirinya banyak bangunan runtuh. Lalu sampailah kami ke "Museum Sisa Harta".
Di situ banyak barang rusak maupun mayat hewan yang sudah membatu akibat terkena awan panas. Mulai dari televisi, rak kulkas, mesin jahit, sepeda motor, "sisa" kelinci, batu-batu vulkanik yang terlempar dari semburan merapi, dll
Museum Sisa Harta
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke sebuah monumen yang disebut "BATU ALIEN" yaitu sebongkah batu super gede yang terlempar dari semburan Merapi, dan jika dilihat pada angle tertentu menyerupai wajah orang. Karena itu penduduk sekitar menyebutnya batu alien. Ada juga yang menyebutnya "BATU ALIHAN" - alihan = perpindahan - konon menurut mereka batu itu menghadap tepat ke arah keraton Yogyakarta jika ditarik garis lurus.
Di lokasi ini, Mas Yus menunjukkan kepiawaiannya mengambil berbagai angle foto unik yang mungkin sudah sering ia lakukan pada setiap turis yang berkunjung. Berhubung kami nggak pernah melakukan adegan foto begitu, jadinya kami excited banget... saya aja sampai kelelahan disuruh lompat-lompat, gak terasa sampai sepatunya jebol.
Batu alien - mirip kan sama wajah orang ?!
Foto-foto unik dengan background langit biru ^^
Dari batu Alien, kami melanjutkan perjalanan ke tambang pasir yang lokasinya nyeremin tapi eksotis bangettttt....
Gimana gak serem kalo jeep-nya diparkir di pinggir jurang yang notebene adalah pasir, bisa aja kan sewaktu-waktu longsor. Uniknya di tambang pasir ini, beberapa lubang masih mengeluarkan asap dari dalam, dan batu yang warnanya coklat basah jika disentuh ternyata hangat !
Kali ini kami banyak mengambil foto panorama, sayangnya background gunung Merapi tidak tampak tertutup awan :'(
Tambang pasir...offroad rute, taken with ASUS Zenfon 2 panorama mode
Hari sudah semakin panas ketika kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi terakhir, BUNKER DARURAT di dusun Kaliadem.
Sampai di lokasi, kayaknya saya udah kelelahan banget dan mulai sesak napas, sehingga pada saat ada tangga menanjak, mau nggak mau harus minta bantuan suami buat gendong hehehehe.... yang mana aksi ini mengundang perhatian bule-bule di sana, dikiranya saya males banget kali yah nggak kasian ama suami :p
Masuk ke bunker, suasananya gelap dan pengap.
Di dalam ada sebuah batu besar yang di atasnya diberi sesajen, menambah suasana makin mencekam dan bikin merinding meskipun banyak pengunjung dan masih di siang bolong.
Menurut cerita, ketika letusan tahun 2006, 2 orang relawan bersembunyi di dalam bunker yang memiliki ketebalan dinding 3 meter dengan pintu beton setebal 25 cm, namun panasnya material merapi yang melahap daerah tersebut malah membuat bunker itu bagaikan oven raksasa. Dua orang relawan yang terjebak di dalam, yang satunya meninggal di dalam bak mandi yang terletak di dalam bunker, dan satu lagi meninggal di dekat pintu bunker. Katanya saat bunker diselimuti material panas merapi, suhu di dalam bisa mencapi lebih dari 200*C, atau maksimal 700*C. Ya Tuhan....gak kebayang panasnya kayak apa, di Jakarta aja suhu 33*C udah bikin emosi !
Peresmian bunker
Foto dari dalam bunker....
digendong ayang karena capek naik tangga wakakaka XD
Dari lokasi bunker, jeep kami kembali menuju Kali Opak untuk melakukan off road di sungai yang asik banget tadi sebagai penutupan sebelum akhirnya kembali ke villa.
Kami pun berkemas untuk melanjutkan perjalanan ke Candi Prambanan.
To be continued...
Subscribe to:
Posts (Atom)