Friday 2 November 2012

Gerakan Sejuta Jokowi

Jakarta Baru memiliki seorang Jokowi dan Ahok. Media tidak bosan-bosannya meliput sepak terjang kedua orang ini sejak mereka berdua menjabat.
Mungkin orang belum muak.
Mungkin sulit untuk muak kalau kinerja kedua orang ini membuat warga provinsi lain iri dan ingin memiliki pemimpin seperti sosok Jokowi.
Ora kakean cangkem, seng penting kerjo ono hasile !

Seandainya ada sejuta Jokowi di bumi pertiwi ini dan tersebar di seluruh pelosok negeri, kira-kira bakal jadi apa ya Indonesia 5 atau 10 tahun lagi ?

Terus kenapa kita butuh sejuta Jokowi ???

Kemarin saya mudik ke Kudus untuk mengurus kepindahan domisili. Semua administrasi di Kelurahan sudah beres, tinggal mengurus Surat yang membutuhkan sidik jari di kepolisian.
Om saya yang membantu mengurus ini itu bilang, kalau kami sekeluarga harus ke POLSEK dahulu, baru kemudian ke POLRES KUDUS.

Sekeluarga; saya, mami, papi, dan adek saya menuju POLSEK Kaliwungu. Di sana kami disuruh mengisi formulir lalu masing-masing mendapatkan sebuah dokumen yang judulnya Rekomendasi Kelakuan Baik or whatever.
Dari Polsek, kami beranjak menuju Polres Kudus.
Di Polres, tempat pertama yang harus kami datangi adalah loket pembuatan Kartu Sidik Jari, untuk diambil foto dan sidik jarinya.
Waktu itu, mami saya menanyai Pak Polisi Judes yang duduk di sebelah Pak Polisi Antasari (karena mukanya mirip banget sama Antasari), perihal kenapa adek saya tidak dimintai sidik jari padahal dia sudah punya KTP. Si polisi judes dengan tegas menjawab, TIDAK PERLU, karena adek saya masih 1 Kartu Keluarga dengan orang tua.

Setelah itu kami menunggu beberapa saat. Sambil menunggu di luar loket, papi saya dengan kepo-nya melihat-lihat penangkapan 5 tersangka curanmor yang sedang dijepret-jepret oleh reporter media. Katanya, dia melihat 2 pistol sebagai barang bukti. 1 dari tersangka tersebut tangannya diborgol dan digiring terpisah dari 4 tersangka lainnya yang cuma disuruh berbaris dengan tangan di pundak.

Oke, selesai melihat-lihat, kartu sidik jari kami pun jadi. Segera kami berikan ke ruangan sebelahnya untuk meminta Surat Kelakuan Baik or whatever.
Ketika kami menyerahkan surat rekomendasi dari POLSEK, pengurusnya menolak dan mengatakan bahwa dokumen tersebut tidak diperlukan dan menyuruh kami mengisi formulir sekali lagi yang pertanyaannya SAMA PERSIS dengan formulir di POLSEK. What the fuck !!!
Akhirnya kami mengisi formulir tersebut dengan terburu-buru karena pengurusnya mengatakan bahwa jam pelayanan cuma sampai jam 2 siang saja, padahal antriannya banyak banget. ENAK BANGET YAH KERJANYA SETENGAH HARI DOANK, What the fuck #2 !!!
Sambil mengisi, mami saya mewawancarai orang yang dari tadi juga ikutan menunggu. Ternyata dia juga berasal dari wilayah Polsek yang sama dengan saya, dia juga meminta dokumen dari polsek tapi tidak dipergunakan oleh petugas polres, bahkan DILIHAT PUN TIDAK. What the fuck #3.

Setelah kami selesai mengisi formulir-formulir tersebut sambil ngedumel merasa dikerjain, kami pun menyerahkan ke pengurus tadi. Tapi ternyata sudah terlambat dan kami pun disuruh kembali besok pagi karena waktu sudah menunjukkan pukul 2 lebih dikit.
Ketika mengumpulkan berkas-berkas milik kami, petugas tadi menanyakan kartu sidik jari adek saya. Dengan tidak percaya, orang tua saya pun protes karena tadi dibilang TIDAK PERLU. Bagaimana bisa, staff yang ruangannya BERSEBELAHAN memberikan INFORMASI YANG BERLAWANAN ??!! Yang 1 bilang tidak perlu, yang 1 bilang perlu ??!!
Akhirnya terjadi adu mulut antara orang tua saya dan petugas tersebut.
Merasa tidak mungkin menang, akhirnya orang tua saya mengalah dan ingin meminta kembali berkas adek saya. TAPI TERNYATA TIDAK DIPERBOLEHKAN oleh petugas KAMPRET tersebut. What the fuck #4.

Adegan selanjutnya, saya udah bete tingkat dewa dan tidak tahu lagi apa yang terjadi.
Yang jelas saya ingin segera meninggalkan tempat birokrasi bangsat tersebut cepat-cepat.

Dalam perjalanan pulang menuju tempat makan siang soto & pindang kudus, sambil berusaha melupakan tampang petugas kampret tadi dan membayangkan lezatnya calon makan siang saya, saya pun berpikir...

"I want this country have 1 million Jokowis."

0 comments: