Wednesday 23 May 2012

Belajar Menulis Seumur Hidup

Bayangkan saja, jika seseorang dianugerahi talenta oleh Tuhan, dan karena kemalasan dia tidak mengembangkan talenta itu hingga berkembang dan malahan menguburnya. What a waste...

Pikiran itu yang menggelitik akalku akhir-akhir ini. Ketika teramat lama, aku sudah tidak pernah menulis lagi, sekalinya update blog aku merasa bahasa yang aku pakai kurang enak dibaca dibandingkan post-post awal yang rasanya lebih "sreg". Ini adalah bukti nyata bahwa practices make perfect bukan sekedar kata-kata.

Padahal jika aku melihat kembali ke masa lalu, lalu melihat sekelilingku saat ini, aku merasa seperti ditampar. Bukannya aku mau menyombongkan diri, tapi sebenarnya jika aku rajin berlatih dan mau berusaha, Tuhan sebenarnya sudah menanamkan talenta itu dalam diriku. Waktu kelas 3 SD, aku sudah mencoba meniru-niru membuat komik Jepang dengan cerita misteri, walaupun ceritanya amat sangat terinspirasi dari komik yang aku baca. Ketika itu, aku mencoba mengirimkan beberapa pengalaman lucu dalam selembar kartu pos ke majalah Bobo, walaupun saat itu tidak dimuat.

Selanjutnya, di kelas 4,5, dan 6 ketika tugas-tugas maupun ujian akhir Bahasa Indonesia selalu menyuruh peserta ujian untuk membuat karangan bebas dengan tema tertentu, aku sangat ingat beberapa guruku memberikan pujian dan hasil Bahasa Indonesia di rapor selalu memuaskan. Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang menyenangkan, suatu mata pelajaran yang ketika guru menjelaskan, aku bisa langsung memahami, dan ketika ujian aku tidak perlu belajar (tidak seperti fisika atau kimia), dan saat nilai ujian dibagikan aku bisa tersenyum lebar melihat hasilnya. Bahasa Indonesia tidak pernah mengecewakanku. Meski begitu, pengalaman BI-ku tidak selalu mulus.

Saat kuliah, dosen BI-ku cuma memberi nilai B, nilai yang sangatttttt biasa dan rata-rata. Benar kan kataku, tidak selalu mulus...meski tidak mengecewakan juga dapat nilai B. Untunglah BI di masa kuliah cuma dikit sks nya. Tapi ada juga pengalaman menyenangkan ketika di semester 6, aku yang mencoba iseng-iseng mengirimkan cerpen ke sebuah sayembara ternyata berhasil masuk ke 15 unggulan. Wooww....trima kasih Tuhan. Sampai sekarang, jika di-google aku masih bisa menemukan namaku di jajaran pemenang lomba cerpen itu, sayang sekali, file ceritanya hilang lenyap tak berbekas ketika komputerku terkena virus dan harus diinstall ulang.....


Lalu aku mulai mengenal blog, dan sekali lagi mengalihkan buku harianku ke dalam blog. Tapi ternyata kegiatan ini juga tidak bertahan lama, karena ketika aku disibukkan dengan urusan kerja, aku jadi jarang update.

Sekarang, beberapa tahun sejak pertama kalinya aku punya blog, aku teringat tentang selebaran yang bertumpuk-tumpuk di kantorku. Tentang suatu event yang diadakan oleh divisi lain bekerja sama dengan Raditya Dika, yang mengusung tema menulis untuk cari rejeki. Aku jadi ingat tentang novel yang ingin aku tulis, suatu novel fantasi seperti The Lord of The Ring atau Harry Potter atau Eragon, di mana aku membangun dunia dan karakter-karakternya. Ide sudah ada, tapi sekarang sepertinya kemampuankulah yang menjadi kendala, karena tidak pernah dilatih.

Jadi sekarang aku harus lebih rajin belajar menulis. Tidak peduli butuh waktu berapa tahun sampai orang bisa benar-benar menikmati tulisanku, aku akan terus belajar. Atau seandainya orang tidak akan pernah menyukai tulisanku, aku tetap akan menulis untuk diriku sendiri. Karena aku ingin, talenta yang diberikan Tuhan ini tidak terkubur dalam tanah dan membusuk, tapi bertumbuh dan akhirnya berlipat ganda hasilnya. Jadi saat aku mati nanti, ketika Tuhan menanyakan talenta yang Dia percayakan padaku, aku bisa tersenyum dan mengatakan, "Lihat Tuhan, Kau tidak rugi mempercayakan talenta ini padaku."

0 comments: